Pengertian Gadget
Gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang artinya
perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Dalam bahasa Indonesia, gadget disebut sebagai “acang”. Salah satu
hal yang membedakan gadget dengan
perangkat elektronik lainnya adalah unsur “kebaruan”. Artinya, dari hari ke
hari gadget selalu muncul
dengan menyajikan teknologi terbaru yang membuat hidup manusia menjadi lebih
praktis. Contoh-contoh dari gadget di
antaranya telepon pintar (smartphone) seperti iphone dan blackberry, serta
netbook (perpaduan antara komputer portabel seperti notebook dan internet).
Gadget untuk Akses Internet
Salah satu fitur terkenal dan paling
menarik dari gadget adalah internet. “Siswa dapat dengan mudah mencari
informasi apa pun untuk tugas-tugas sekolah di internet,” ujar Kak Daniel
Kusnadi, mahasiswa Teknik Informatika dan salah satu pembicara di diskusi
tersebut. Dalam diskusi tersebut, praktisi TI, Bapak Bambang Juwono memberikan
contoh situs yang berguna untuk menambah wawasan kita, di antaranya
stumbleupon.com dan thinkquest.org. Selain memperkaya wawasan, dengan gadget
yang menyediakan akses internet, kita bisa memperluas persahabatan melalui
situs jejaring sosial seperti facebook, twitter atau multiply.
Etika Penggunaan Gadget
“Menelepon/SMS saat di antrean”
Sedang ada di barisan antrean kasir
atau ATM atau antrean lain? Sebaiknya jangan menelepon atau SMS, atau chatting
di pesan instant ponsel. Bikin kesal orang di belakang kita jika ternyata
jalannya antrean macet hanya karena Anda asyik dengan ponsel.
“SMS/chatting/email saat berjalan”
Tetap dilakukan orang walau sudah
banyak kejadian di mana orang celaka karenanya. Bahkan ada juga yang asyik
dengan ponselnya saat mengendara sepeda, motor, dan mobil. Selain mencelakai
diri sendiri, perilaku ini juga mencelakai orang lain.
“Main games & nonton video
dengan speaker menyala”
Jika dilakukan di kamar saat
sendirian sih tak menganggu. Tapi akan menganggu sekali jika sedang bersama
orang lain. Orang di sekitarmu tak bisa ikut menikmati ponselmu, dan terganggu
oleh suara berisik yang dihasilkan. Pakailah earphone agar kamu tidak dianggap
egois.
“Menelepon di toilet”
Butuh privasi untuk menelepon?
Sebaiknya jangan dilakukan di toilet yang dipakai bersama orang lain. Selain
menganggu antrean, juga membuat orang lain harus mendengar percakapanmu yang
tidak penting bagi mereka. Di samping itu, tidak maukandianggap sebagai orang
jorok yang suka berlama-lama di tempat buang air besar?
“Lebih memperhatikan ponsel daripada
teman bicara”
Bagaimana rasanya jika sedang
berbicara dengan seseorang, tapi dia lebih asyik dengan ponselnya? Tersinggung
dan merasa diremehkan, bukan? Maka hindari perilaku seperti itu. Anda juga akan
dianggap sebagai orang yang tidak bisa menghargai orang lain, dan akan
diperlakukan demikian pula.
“Memotret, menandai, dan menyebarkan
foto/video orang tanpa izin”
Iseng mengabadikan suatu peristiwa,
lalu mengunggahnya ke internet atau menyebarkan ke teman-teman, rasanya memang
asyik. Tapi tidak asyik lagi jika itu memicu tuntutan hukum di kemudian hari.
Tidak semua orang senang wajahnya difoto dan disebarkan tanpa izin, terlebih
lagi jika terkait hal negatif.
“Bersikap antisisosial”
Sedang makan siang bersama dengan
keluarga, tapi Anda asyik sendiri dengan ponsel? Jika dilakukan sebentar saja,
tidak masalah. Namun kalau dilakukan sepanjang waktu, rasanya tidak etis lagi.
Anda akan dicap antisosial, tidak menghargai kehadiran orang lain di sekitar
Anda.
“Berbicara lama di ponsel di ruang public”
Pernah sebal melihat orang yang
berbicara lantang dan lama di ponselnya saat ada di ruang publik? Mengganggu
orang sekitar dengan percakapan yang mereka tak perlu tahu, adalah tidak etis
sama sekali. Sama saja Anda mengumbar kehidupan pribadi. Jika terpaksa
dilakukan melakukan obrolan di telepon di ruang publik, coba pelankan suara,
dan usahakan pembicaraan seefektif mungkin. Atau Anda bisa mencari tempat yang
agak sepi.
“Meminta orang lain diam saat Anda
menelepon”
Mengeluarkan suara “Ssssst” agar
orang di sekitar Anda diam saat Anda menelepon adalah sangat tidak sopan. Jika
memang obrolan di telepon itu sangat penting, pergilah ke tempat sepi, bukan
menyuruh orang lain diam.
“Mengirim SMS ke orang yang jaraknya
dekat”
Jika orang itu hanya berjarak
beberapa meter atau bahkan ada di ruangan sebelah, sebaiknya temui dia dan
langsung berkomunikasi. Berkirim SMS ke orang yang jaraknya cukup dekat
terkesan Anda sangat malas untuk berinteraksi langsung dengannya.
Efek Positif Dan Negatif Dalam Menggunakan Gadget
Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang
banyak beraneka ragam gadget yang ditawarkan. Tapi tahukan Anda, kalau itu
bakal membawa nilai positif dan negatif bagi diri. Berikut ini, daftar
keuntungan dan kerugian yang dirasakan oleh remaja yang memiliki gadget.
Dampak Positif Menggunakan Gadget :
- Memudahkan mencari bahan pelajaran.
- Tidak ketinggalan zaman dan tetap update dengan informasi
- Mudah berkomunikasi dengan teman dengan beragam aplikasi untuk berkomunikasi
- Mampu menambah link networking atau teman-teman baru
Dampak Negatif Menggunakan Gadget
- Bakal lupa waktu. Kalau tidak bisa atur waktu
- Intens berkomunikasi secara langsung bakal berkurang
- Tugas terbengkalai akibat lupa waktu
- Tidak dapat berhemat karena membutuhkan pulsa yang harganya tidak murah.
- Informasi yang begitu terbuka, sehingga Anak dapat membuka informasi yang negatif seperti seks dll
Nah, itulah masing-masing Dampak
dalam menggunakan gadget bagi Anda. Semoga gadget Anda bisa membawa ke arah
yang lebih baik dan jangan menggunakannya ke arah negatif. Gadget memang bisa
memudahkan hidup kita, namun kita perlu membatasi waktu penggunaannya sehingga
tidak mengganggu waktu berharga bersama keluarga dan sahabat. Selain itu,
akseslah situs-situs yang memang bermanfaat dan membuat kita semakin cerdas!
Contoh Kasus
MEDAN - Akhir-akhir ini, dunia bagaikan telah terserang
fenomena selfie alias self portrait (menangkap gambar diri sendiri atau
beramai-ramai menggunakan smart phone). Tak hanya remaja, aktivitas ini juga
kerap dilakukan sejumlah selebritis baik dalam maupun luar negeri.
Bahkan Datuk Seri Najib Tun Razak yang juga Perdana Menteri Malaysia pernah bergaya selfie bersama Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Belum lagi kaum selebriti dunia, seperti saat Piala Oscar sewaktu Ellen Degeneres foto rame-rame bareng Julia Roberts, Brad Pitt, Angelina Jolie, Bradley Cooper, Jennifer Lawrence, dan masih banyak lagi.
Menurut sejarah, mengabadikan diri sendiri dengan perangkat elektronik atau selfie dilakukan pertama kali oleh Robert Cornelius pada tahun 1839. Ketika era kamera polaroid menjadi salah satu trend di tahun 1970an, Andy Warhol tercatat sebagai selfie kedua dalam sejarah. Untuk mendapatkan foto selfie yang sempurna, mereka pun menggunakan gadget dengan kamera depan berkualitas mumpuni. Kurang puas dengan hasilnya, kini sudah ada aksesori gadget yang disebut tongkat narsis (tongsis).
Nah, lantas timbul pertanyaan apakah gaya foto seperti ini karena seseorang tersebut percaya diri atau justru kebalikannya? Pasalnya, di sejumlah negara banyak contoh kasus bunuh diri akibat gaya selfie tersebut. Tak ada yang salah dengan selfie, jika dilakukan dengan tepat. Gaya ini sendiri bagi sebagian orang dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Melalui selfie, kita bisa melihat diri kita yang cantik dan tampan, dengan demikian kepercayaan diri akan meningkat.
Memang bagi kebanyakan orang, ketika melihat orang lain bergaya selfie lantas berpikir jika orang tersebut puas senang dengan kondiri dirinya. Namun, justru ada peristiwa sebaliknya seperti, remaja asal Inggris, Danny Bowman (19), yang kecanduan bergaya selfie. Parahnya, ketika ia gagal mendapatkan foto yang sempurna, lantas frustrasi dan mencoba bunuh diri.
Dalam sehari, Danny mampu menghabiskan waktu 10 jam untuk mengambil sampai 200 foto di iPhone-nya. Selama enam bulan, ia tak pernah meninggalkan rumah, putus sekolah, dan menurunkan bobot sampai 12 kg demi terlihat lebih menarik di kamera.
Hingga suatu hari, karena terlalu frustrasi gagal mendapat foto selfie yang sempurna, Danny nekat menenggak obat yang membuatnya overdosis. Untungnya, Danny berhasil diselamatkan sang ibu. Kini, Danny dikabarkan menjadi remaja pertama di Inggris yang kecanduan selfie.
Saat ini, ia tengah berjuang untuk bisa hidup normal setelah menjalani terapi di sebuah rumah sakit untuk mengobati kecanduan teknologi, OCD, dan kecemasan berlebih terhadap penampilan pribadinya.
Pastinya kita semua miris melihat fakta di atas. So, hanya
sekadar saran bijaklah dalam melakukan sesuatu dan jangan terlalu candu
terhadap sebuah budaya baru, apalagi nantinya justru berdampak negatif terhadap
diri kita.
SUMBER :